Hillary Kecam Israel

RAMALLAH - Menteri Luar Negeri AS (AS) Hillary Clinton mengecam rencana Israel menghancurkan puluhan rumah warga Palestina di Yerusalem.

Menurut Hillary rencana itu melanggar kewajiban internasional yang harus dipenuhi Israel. Di sisi lain, Hillary mendesak Hamas agar mengakui Israel. "Jelas ini tindakan yang tidak membantu dan tidak memenuhi kewajiban Israel berdasarkan ?peta jalan' yang telah ada," ujar Hillary merujuk pada rencana perdamaian Israel-Palestina yang terus terkatung-katung hingga saat ini.

Sikap tegas itu diungkapkan Hillary dalam konferensi pers bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas. "Ini masalah yang hendak kami bahas dengan pemerintahan Israel dan pemerintahan di level wilayah di Yerusalem," papar mantan Ibu Negara AS tersebut. Israel menyatakan ada lebih dari 80 rumah warga Palestina yang dihancurkan karena dibangun tanpa izin.

Warga Palestina menyangkal pernyataan Israel itu karena mereka tidak mungkin mendapatkan izin dari pemerintah Israel yang memang menginginkan warga Palestina hengkang dari Yerusalem. Israel menganggap seluruh wilayah Yerusalem merupakan bagian ibu kota negara Yahudi.Klaim Israel ini tidak mendapatkan pengakuan dunia internasional.

Sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina yang hendak didirikan di Tepi Barat atau Jalur Gaza. Abbas kembali menegaskan, Israel harus menghentikan aktivitas pemukiman di Tepi Barat.

"Pemerintahan baru Israel harus menghormati peta jalan dan solusi dua negara serta menghentikan seluruh aktivitas pemukiman dan membuka kembali perbatasan ke Gaza," tandas Abbas bersama Hillary Rabu, (4/3/2009) waktu setempat.

Hillary juga menegaskan bahwa AS tidak akan bekerja sama dengan kabinet persatuan Palestina kecuali Hamas bersedia mengakui Israel dan menghentikan kekerasan. "Jika di sana ada pemerintahan bersatu yang melibatkan Hamas, kami minta Hamas memenuhi prinsip yang ditetapkan oleh Kuartet," papar Hillary merujuk pada Kuartet Timur Tengah yang terdiri atas Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), Uni Eropa, AS dan Rusia.

"Prinsip-prinsip itu sama: Hamas harus menghentikan kekerasan, mengakui Israel, dan sepakat dengan komitmen Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).Tanpa kesepakatan Hamas dengan prinsip tersebut, saya tidak akan bekerja sama dengan mereka," tandas Hillary.

Menurut Hillary, Hamas harus melakukan pengumuman resmi mengakui Israel dan menghentikan perjuangan bersenjata seperti yang dilakukan PLO pada 1988. "Prinsip tersebut sangat jelas. Mereka telah mengadopsinya dan kami tidak menginginkan pemerintahan bersatu mengabaikan prinsip tersebut," tuturnya.

Presiden AS Barack Obama berjanji mendorong proses perdamaian Israel dan Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas. Namun Obama menolak bernegosiasi dengan Hamas.

Kemarin, pesawat tempur Israel kembali melancarkan serbuan ke terowongan yang menghubungkan Jalur Gaza dan Mesir. Militer Israel membenarkan laporan bahwa mereka mengebom tiga terowongan yang digunakan warga Palestina untuk memasukkan bahan makanan karena Israel memblokade perbatasan.

Sementara itu, di London, Menteri Pembangunan Internasional Inggris Douglas Alexander mendesak agar dakwaan kejahatan perang terhadap Israel harus diselidiki. "Sangat tepat jika tuduhan tersebut diselidiki dengan serius," tandasnya.

Agresi Israel ke Jalur Gaza telah mengakibatkan 1.330 warga Palestina tewas dan lebih dari 40.000 bangunan hancur. Namun hingga saat ini tidak ada pihak manapun yang berani menyeret Israel sebagai terdakwa kejahatan perang.