Sunday, September 27, 2009

Memahami Budaya Mremo ; Catatan Mudik ke Demak 2009 ( Bag. 1 )

pedagang di alun alun kabupaten Demak bintoro kota wali songo dan belimbing bethokan sunan kalijaga penyear agama islam di pulau jawaSaya habis makan bubur ayam di alun - alun Demak 21 Sept 2009, bubur setengah mangkuk yang biasanya dua ribu rupiah, saya disuruh bayar enam ribu rupiah, aku "dikentel" tukang bubur alun alun, tulisan ini berawal dari situ.

Untuk yang tinggal di wilayah kabupaten Demak dan sekitarnya, kata "Mremo" biasanya dipahami dengan pengertian "berjualan pada event tertentu dan biasanya karena adanya hari besar", seperti di Demak pada saat tanggal 1 - 10 bulan haji ( besaran ), menjelang bulan puasa, dan menjelang lebaran hari raya Iedul Fitri.

"Mremo" dipahami juga sebagai berjualan dengan harga lebih tinggi dari biasanya, mungkin sebagai akibat dari waktu berjualannya bertepatan dengan hari besar dimana pengunjungnya begitu ramai dari berbagai pelosok wilayah Demak dan sekitarnya.


Kata "mremo" identik dengan menaikkan harga jual yang sangat tinggi dibandingkan dengan harga normal. Entah ada persamaan kata atau tidak antara mremo dengan preman ?

Senang dan bangga sekali saat mudik lebaran 2009 kemarin bisa menyempatkan mampir ke Masjid Agung Demak sambil mengenang masa masa saya masih bersekolah di SMA 1 Demak 22 tahun yang lalu. Bangga bercampur haru melihat keagungan Masjid yang hampir masyarakat luas di Indonesia mengenal dan menghargainya. Semua teman kantor saya yang dari berbagai wilayah Indonesia selelu terkesan dengan perjuangan para pendiri dan penyebar agama Islam di Pulau Jawa terutamanya.

Kembali kepada budaya "Mremo". Budaya mremo menurut saya tidak mencerminkan dengan budaya jawa yang sangat menghargai terhadap orang lain, bertentangan dengan cara jual beli yang dicontohkan oleh ajaran agama yang dicontohkan oleh junjungan nabi Agung Muhammad SAW. Bahkan, cara berjualan mremo ini bertentangan dengan hukum pasar dan berakibat tidak bertahan lama dan akan ditinggalkan calon pembeli, karena pembeli tidak akan mau kembali lagi untuk yang kedua kalinya karena harga yang harus dibayar terlalu tinggi.

Untuk lebih mencitrakan kota Demak sebagai kota yang indah dan nyaman untuk dikunjungi para turis asing maupun domestik, juga para peziarah ke Masjid Agung yang juga saudara saudara kita dari berbagai pelosok tanah air, diperlukan semacam himbauan kepada sedulur dan saudara kita untuk tidak membiasakan berjualan dengan tarif "mremo".


0 comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails

The Pure of Wisdom

People who have a sincere policy is just a normal person. Something of the incredible human and extraordinary will not survive long. Who survive long is it - the simple and ordinary prose. All that is made will be lost their natural taste. Only natural that only the pure.
-------------------------------------------------------------------------------------------
Orang yang memiliki kebijakan sejati hanyalah orang biasa. Sesuatu karya manusia yang menakjubkan dan luar biasa tidak akan bertahan lama. Yang bertahan lama adalah hal - hal yang sederhana dan biasa biasa saja. Semua yang dibuat akan kehilangan rasa alaminya. Hanya yang alami saja yang sejati.
 
© Copyright by angkatan 87 : SMA 1 DEMAK  |  Template by Blogspot tutorial