Untuk Yang Punya Hobby Marah2, Hati - Hati
Ilmuwan meneliti dampak buruk marah dan sikap memusuhi bagi kesehatan.
Keduanya terbukti membahayakan jantung dan paru-paru
Oleh: Syaefudin*
hidayatullah.com--Sungguh, tak ada satu pun perkara di dunia ini yang
luput dari pengetahuan Allah. Setiap perintah-Nya selalu meninggalkan
hikmah. Tak terkecuali perintah untuk saling memaafkan kesalahan dan menahan amarah.
Ilmuwan modern semakin menemukan pentingnya sikap menahan marah.
Berlimpah bukti ilmiah telah mengukuhkan bahwa marah merusak jantung dan fungsi paru-paru.
Anjuran Tidak Marah
Kehidupan manusia takkan lepas dari salah dan alpa, termasuk ketika
bergaul dengan sesamanya. Ketika orang berbuat salah, sebaiknya ia
segera meminta maaf. Sebaliknya, bila ia didzalimi, hendaknya kemarahan
tidak dibiarkan terus membara. Langkah terbaik adalah segera memberi
maaf. Sikap ini sangatlah dianjurkan Allah dalam firman-Nya:
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan". (QS. Ali Imron 3:134)
Bahkan, lantaran pentingnya menahan marah, Rasulullah sampai berpesan melalui sabdanya:
Dari Abu Hurairah r.a bahwa seorang lelaki telah berkata kepada nabi SAW
yang maksudnya: "Berwasiatlah kepada ku." Sabda Rasulullah SAW:
"Jangan kamu marah." Maka lelaki itu mengulangi kata-katanya
berulang kali. Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kamu marah". (HR. Bukhari)
Merusak Jantung
Baru-baru ini, Journal of the American College of Cardiology
mengeluarkan karya ilmiah bertajuk hubungan antara marah dengan penyakit jantung.
Yoichi Chida, MD, Ph.D dari Departemen Epidemiologi dan Kesehatan
Masyarakat, University College, London mengemukakan bahwa marah dan
sikap permusuhan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung
koroner sebesar 19% pada orang sehat. Pada mereka yang sudah punya
riwayat penyakit jantung sebelumnya, peningkatan ini mencapai 24%.
Risiko terkena serangan jantung semakin besar bagi seorang laki-laki.
Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian Steven Boyle, Ph.D dari Duke
University Medical Center terhadap 313 laki-laki. Penelitian tersebut
menunjukkan adanya peningkatan jumlah protein yang dinamakan C3 dan C4.
Kedua protein yang ada dalam sistem kekebalan tubuh ini merupakan
penanda terjadinya peradangan dan luka.
Perubahan jumlah protein dalam sistem C3 dan C4 berkaitan dengan
sejumlah penyakit, seperti gangguan arteri hati. Pada pria yang memiliki
rasa permusuhan, gejala perasaan tertekan, dan keadaan marah dengan
tingkat tertinggi mengalami peningkatan kadar C3 sampai 7.1%.
Dapatkah terapi psikologis mengurangi kadar C3? "Saat ini, kami
belum mengetahui apakah campur tangan dalam mengurangi sikap permusuhan
dan marah dapat menurunkan kadar C3 atau penanda peradangan
lainnya", kata Boyle. Akan tetapi, ia menambahkan, "Bahkan
seandainya peradangan tidak dapat berkurang dengan campur tangan seperti
itu, sikap permusuhan dan marah dengan tingkat rendah berkemungkinan
berdampak pada hubungan (antar-manusia) yang lebih baik dan kesehatan yang meningkat".
Membahayakan Paru-Paru
Selain dengan penyakit jantung, marah dan sikap permusuhan juga
berkaitan dengan kematian, asma, dan paru-paru. Tingkat sikap permusuhan
yang tinggi semakin mempercepat terjadinya penurunan alami fungsi
paru-paru. Kesimpulan tersebut merupakan hasil analisis terhadap
penelitian US Normative Aging Study kepada 670 laki-laki.
Setiap kenaikan satu poin skor permusuhan (satuan tingkat permusuhan),
setara dengan hilangnya FEV1 sebanyak 9 ml pertahun. FEV1 merupakan
ukuran kekuatan paru-paru,yang dihitung dari volume udara yang dapat
dihembuskan paru-paru per detik.
Dalam pengantar hasil penelitian tersebut, Dr. Paul Lehrer dari
University of Medicine and Dentistry di New Jersey, Amerika Serikat
menuliskan, "Sungguh sangat sulit menemukan suatu penyakit yang
sama-sekali tidak dipengaruhi oleh emosi atau stres dalam hal keparahan
gejala, keseringan atau kekuatan kambuhnya". Pernyataan tersebut
semakin mempertegas hubungan marah dan sikap permusuhan dengan penurunan
fungsi paru-paru.
Demi Kebaikan Manusia
Demikian sekilas rahasia di balik perintah menahan marah. Dahulu, siapa
mengira marah dapat menimbulkan sakit jantung dan melemahkan kerja
paru-paru? Bahkan sebagaimana dikutip di atas, ilmuwan modern pun
membuat anjuran mengurangi marah dan sikap memusuhi, selaras anjuran Al
Quran dan Hadits. Hal ini membuktikan kebesaran Allah atas segala hikmah
dibalik perintah-Nya.
Dengan terkuaknya rahasia ini, manusia diharapkan semakin memahami bahwa
Allah memerintahkan sesuatu demi kebaikan manusia itu sendiri,
sebagaimana dinyatakan Allah: "Dan dikatakan kepada orang-orang yang
bertaqwa: apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab:
(Allah telah menurunkan) kebaikan... (QS. An Nahl, 16:30)". Karena
itu, sepatutnya-lah manusia semakin ta'at dan mendekat
kepada-Nya.(www.hidayatullah.com <http://www.hidayatullah.com/> )
ilustrasi :media.nih.gov
*Syaefudin. Penulis adalah Asisten Dosen Metabolisme, Departemen
Biokimia, FMIPA-Institut Pertanian Bogor.
hidayatullah.com--Sungguh, tak ada satu pun perkara di dunia ini yang
luput dari pengetahuan Allah. Setiap perintah-Nya selalu meninggalkan
hikmah. Tak terkecuali perintah untuk saling memaafkan kesalahan dan menahan amarah.
Ilmuwan modern semakin menemukan pentingnya sikap menahan marah.
Berlimpah bukti ilmiah telah mengukuhkan bahwa marah merusak jantung dan fungsi paru-paru.
Anjuran Tidak Marah
Kehidupan manusia takkan lepas dari salah dan alpa, termasuk ketika
bergaul dengan sesamanya. Ketika orang berbuat salah, sebaiknya ia
segera meminta maaf. Sebaliknya, bila ia didzalimi, hendaknya kemarahan
tidak dibiarkan terus membara. Langkah terbaik adalah segera memberi
maaf. Sikap ini sangatlah dianjurkan Allah dalam firman-Nya:
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan". (QS. Ali Imron 3:134)
Bahkan, lantaran pentingnya menahan marah, Rasulullah sampai berpesan melalui sabdanya:
Dari Abu Hurairah r.a bahwa seorang lelaki telah berkata kepada nabi SAW
yang maksudnya: "Berwasiatlah kepada ku." Sabda Rasulullah SAW:
"Jangan kamu marah." Maka lelaki itu mengulangi kata-katanya
berulang kali. Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kamu marah". (HR. Bukhari)
Merusak Jantung
Baru-baru ini, Journal of the American College of Cardiology
mengeluarkan karya ilmiah bertajuk hubungan antara marah dengan penyakit jantung.
Yoichi Chida, MD, Ph.D dari Departemen Epidemiologi dan Kesehatan
Masyarakat, University College, London mengemukakan bahwa marah dan
sikap permusuhan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung
koroner sebesar 19% pada orang sehat. Pada mereka yang sudah punya
riwayat penyakit jantung sebelumnya, peningkatan ini mencapai 24%.
Risiko terkena serangan jantung semakin besar bagi seorang laki-laki.
Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian Steven Boyle, Ph.D dari Duke
University Medical Center terhadap 313 laki-laki. Penelitian tersebut
menunjukkan adanya peningkatan jumlah protein yang dinamakan C3 dan C4.
Kedua protein yang ada dalam sistem kekebalan tubuh ini merupakan
penanda terjadinya peradangan dan luka.
Perubahan jumlah protein dalam sistem C3 dan C4 berkaitan dengan
sejumlah penyakit, seperti gangguan arteri hati. Pada pria yang memiliki
rasa permusuhan, gejala perasaan tertekan, dan keadaan marah dengan
tingkat tertinggi mengalami peningkatan kadar C3 sampai 7.1%.
Dapatkah terapi psikologis mengurangi kadar C3? "Saat ini, kami
belum mengetahui apakah campur tangan dalam mengurangi sikap permusuhan
dan marah dapat menurunkan kadar C3 atau penanda peradangan
lainnya", kata Boyle. Akan tetapi, ia menambahkan, "Bahkan
seandainya peradangan tidak dapat berkurang dengan campur tangan seperti
itu, sikap permusuhan dan marah dengan tingkat rendah berkemungkinan
berdampak pada hubungan (antar-manusia) yang lebih baik dan kesehatan yang meningkat".
Membahayakan Paru-Paru
Selain dengan penyakit jantung, marah dan sikap permusuhan juga
berkaitan dengan kematian, asma, dan paru-paru. Tingkat sikap permusuhan
yang tinggi semakin mempercepat terjadinya penurunan alami fungsi
paru-paru. Kesimpulan tersebut merupakan hasil analisis terhadap
penelitian US Normative Aging Study kepada 670 laki-laki.
Setiap kenaikan satu poin skor permusuhan (satuan tingkat permusuhan),
setara dengan hilangnya FEV1 sebanyak 9 ml pertahun. FEV1 merupakan
ukuran kekuatan paru-paru,yang dihitung dari volume udara yang dapat
dihembuskan paru-paru per detik.
Dalam pengantar hasil penelitian tersebut, Dr. Paul Lehrer dari
University of Medicine and Dentistry di New Jersey, Amerika Serikat
menuliskan, "Sungguh sangat sulit menemukan suatu penyakit yang
sama-sekali tidak dipengaruhi oleh emosi atau stres dalam hal keparahan
gejala, keseringan atau kekuatan kambuhnya". Pernyataan tersebut
semakin mempertegas hubungan marah dan sikap permusuhan dengan penurunan
fungsi paru-paru.
Demi Kebaikan Manusia
Demikian sekilas rahasia di balik perintah menahan marah. Dahulu, siapa
mengira marah dapat menimbulkan sakit jantung dan melemahkan kerja
paru-paru? Bahkan sebagaimana dikutip di atas, ilmuwan modern pun
membuat anjuran mengurangi marah dan sikap memusuhi, selaras anjuran Al
Quran dan Hadits. Hal ini membuktikan kebesaran Allah atas segala hikmah
dibalik perintah-Nya.
Dengan terkuaknya rahasia ini, manusia diharapkan semakin memahami bahwa
Allah memerintahkan sesuatu demi kebaikan manusia itu sendiri,
sebagaimana dinyatakan Allah: "Dan dikatakan kepada orang-orang yang
bertaqwa: apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab:
(Allah telah menurunkan) kebaikan... (QS. An Nahl, 16:30)". Karena
itu, sepatutnya-lah manusia semakin ta'at dan mendekat
kepada-Nya.(www.hidayatullah.com <http://www.hidayatullah.com/> )
ilustrasi :media.nih.gov
*Syaefudin. Penulis adalah Asisten Dosen Metabolisme, Departemen
Biokimia, FMIPA-Institut Pertanian Bogor.
0 comments:
Post a Comment